Belajar Ilmu Iklas

Belajar Ilmu Ikhlas dan berSyukur

oleh NOKA | 0 Komentar

Belajar Ilmu Ikhlas dan bersyukur merupakan Ilmu Ikhlas dalam Islam harus dimiliki seorang muslim

Hidup harus di jalani, naik bahkan sampai harus dilewati sesekali belukar namun ada yang mulus,

namun kita harus bisa dengan belajar Ilmu Ikhlas dan bersyukur

Itulah hidup suka duka , bahagia merupakan pasangan abadi sampai akhir hayat diri ini

Ilmu Ikhlas

Ilmu Ikhlas adalah

Menilainya harus penuh keikhlasan dengan bekal Iman

Abadilah tanjakan untuk mencapai

Al Qur’an ini tidak ada keraguan ; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS2:2)

  • Allah ‘azza wa jalla
    B erikan kita hidup
    C uma sesaat
    D i dunia ini…
    E loknya kita MUASABAH
    F ikirkan akan akhir hayat
    G erbang akhirat pun
    H ampir tiba
    I nilah hakikat hidup
    J anji Allah itu pasti
    K alimah syahadah
    L ailaha Illallah
    Muhammadur Rasulullah
    Nak di ucap tak pasti
    O rang muda atau tua
    asti merasakan mati
    Q ualiti Iman jaminan syurga
    R asulullah SAW bersabda :
    S iapa ucap jaminannya syurga
    T.jika gagal…
    U ntuk mereka adalah neraka
    V isi kita adalah akhirat
    W alaupun dunia didepan kita
    Y ang pasti semua akan tinggal…
    Z alimnya kita jika tak ada Iman dan Amal.

Ilmu Ikhlas dalam Islam

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَخْبَتُوٓا۟ إِلَى
ٰ رَبِّهِمْ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢٣

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan merendahkan diri kepada Allah azza wa jalla, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
(Q.S.11:23)

Muasabah menghantarkan kita taqwa

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَـَٔابٍ ﴿٢٩

“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (Q.S.13:29)

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿٩٧

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan,

baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,

maka pasti kami akan menerima kehidupan yang baik dan akan kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Setelah itu mulailah berjalan dengan Ilmu Ikhlas berpikir positif atas ketentuan padaNya

Kajian Ilmu Ikhlas

Ikhlas itu… Ketika hasil tak sebanding antara usaha dan harapan,

tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan berkepanjangan.

Ikhlas itu… Ketika amal kita tidak bersambut apresiasi yang sebanding,

serta tak membuatmu urung bertanding.

Ikhlas itu… Ketika niat baik kita disambut berbagai prasangka,

kita tetap berjalan tanpa berpaling muka.

Ikhlas itu… Ketika waktu sepi dan ramai, ukuran sedikit atau banyak,

menang atau kalah, kita tetap berjalan lurus dan terus melangkah pasti.

Ikhlas itu… ketika kita lebih mempertanyakan

  • Apa Amal dibanding apa posisi kita nanti,
  • Apa peranmu dibanding apa kedudukanmu,
  • Apa tugasmu dibanding apa jabatanmu.

Ikhlas itu.. ketika ketersinggungan pribadi tak membuat kita keluar dari barisan dan merusak tatanan yang sudah ada.

Ikhlas itu… ketika posisi kita di atas, tak membuatmu jumawa, ketika posisi kita di bawah tak membuat tak bekerja.

Ikhlas itu… ketika ke khilaf mendorong kita minta maaf, ketika salah mendorong kita berbenah,

ketika ketinggalan mendorong kita mempercepat kecepatan,

serta Kita pantaskan diri terhadapNYA

Aamiin Allahumma Aamiin

Hakikat Ilmu Ikhlas

Apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita dan

Adakah tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita pakai untuk mengeceknya.

  1. Ikhlaslah saat kita menerima banyak keterbatasan dan kekurangan

Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan.

kita merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya.

sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah ‘Azza wa jalla?

Rasulullah saw. menjawab, “Bukan, wahai Putri Abu Bakar.

Mereka itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah,

sementera mereka khawatir amal mereka tidak diterima.

  1. Keikhlasan diri kita mengutamakan keridhaan Allah dari keridhaan manusia

Tidak sedikit manusia yang hidup di bawah bayang-bayang orang lain.

Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung.

Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt.

Di sinilah keikhlasan kita harus Memilih keridhaan Allah swt. atau manusia yang menarik diri kita?

Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Fir’aun.

Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.

  1. Keikhlasan diri kita lebih banyak Amal kebajikan

Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain.

Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon.

Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal.

Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal.

Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)

  1. Ikhlas saat kita cinta dan marah karena Allah

Adalah ke ikhlas saat kau menyatakan cinta dan benci, beri atau menolak,

ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan kita kepada Allah dan

keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi.

Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya,

mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)

  1. Keikhlasan hadir saat kita menunggu masa
  • Sepanjang hidup kita adalah ujian. Ketegaran kita untuk menegakkan hukum di muka bumi walau tahu jalannya sangat jauh,
  • sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji.
  • Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu.

Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah.

Seperti Umar bin Khaththab yang berkata, Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah.

Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala

  • “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya.
  • ika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya.
  • Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya.
  • Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!”
  1. Keikhlasan hadir jika kita takut akan popularitas

Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata,

“Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan.

Semua orang dapat menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari dahaganya kedudukan.

Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan.

Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, lagi riya.

Fudhail bin Iyadh berkata,

Jika kita mampu untuk tidak dikenal oleh banyak orang, maka laksanakanlah.

  • Kita tidak merugi sekiranya tidak terkenal, juga tidak merugi sekiranya tidak disanjung orang
  • Janganlah gundah jika kita menjadi orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan menerima di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. ini lebih utama

Meski demikian, ucapan para pemuka agama ini bukan menyeru agar kita mengasingkan diri dari khalayak ramai (uzlah).

Ucapan itu adalah percakapan agar kita dalam mengarungi kehidupan ini tidak terjebak pada jerat hawa nafsu ingin mendapat penghargaan manusia.

Nauzubillah minzalik

Apalagi, para nabi dan orang-orang saleh itu adalah orang-orang yang popular dan rendah hati

Yang dilarang adalah meminta nama kita dipopulerkan, meminta jabatan, dan sifat ujub pada kedudukan.

  1. Ikhlas saat kita mengambil masalah ditempatkan

Diposisi apapun seorang pemimpin atau prajurit melihat Rasulullah dan melukiskan tipe orang seperti ini dengan berkataan ;

  • Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sementara kepala dan tumitnya berdebu.
  • Apabila kita bertugas menjaga benteng pertahanan, Dia benar-benar menjaganya sesuai ketegasannya
  • Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya sebagai pembagian kerja

” Kisah ini sesuai lukisan perjalanan yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang.

Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati dari kisah ini kita belajar Ilmu Ikhlas

  1. Ikhlas itu ketika kita menerima saat sahabat memiliki kelebihan

Hanya orang yangmempunyai sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi walau tanpa mengharap balasannya

Beri kesempatan kepada sahabat yang mempunyai kemampuan yang lebih memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya.

Tanpa beban ia mempermudah orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil meyakinkan dirinya

Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan dan

jiwa pemimpin estafetkan Ilmu Ikhlas.

Belajar bersyukur dalam hidup maka

Belajar adalah membuka pintu ilmu apalagi belajar Ilmu Ikhlas

Bersahabatlah dengan siapapun, bangun berbaik sangka setiap hal,
Belajar Ilmu Ikhlas dan bersyukur

Disanalah kunci kebahagian dipimpin atau pemimpin merupakan amat yang harus dipertanggung jawabkan sebagai khalifah di muka bumi

Aamiin Allahumma Aamiin

Nara sumber ;

https://spiritualmedics.blogspot.com/2016/07/alfabet-iman.html

Sumber : https://www.situsnoka.com/belajar-ilmu-ikhlas-dan-bersyukur/

MENUNTUT ILMU

Adab dan Akhlak dalam Menuntut Ilmu

Oleh Ade Nurdiansyah, S.Pd

Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat.

Baik atau buruknya suatu ilmu, bukan karena ilmunya, melainkan karena niat dan tujuan si pemiliki ilmu. Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.

Di bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah

  1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia semata. Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat. Memohonlah kepada Allah agar kita terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan menyesatkan.
  2. Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati dan santun kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.
  3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati. Ingatlah… bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
  4. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.
  5. Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
  6. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup.

Jangan menjadi manusia yang berilmu (pintar) tetapi zolim. Dan jangan pula menjadi manusia yang taat beribadah (sholeh) tapi bodoh. Ilmu tanpa didasari dengan keimanan, maka dengan ilmu tersebut manusia akan berbuat kerusakan dan kezoliman. Iman tanpa didasari dengan ilmu, maka keimanannya bersifat semu, hanya sebuah khayalan dan sugesti belaka, begitupun ibadahnya hanya bersifat ikut-ikutan. Oleh karena itu, raihlah kesuksesan dengan 2 sayap, iman dan ilmu. Insya Allah… kesuksesan yang kita raih bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.

Menuntut ilmu tidaklah mudah, tetapi juga tidak sulit. Dalam menuntut ilmu dibutuhkan keyakinan, kesabaran, kesungguhan, dan pengorbanan. Kita harus meyakini bahwa kita pasti bisa memahami suatu ilmu/pelajaran. Kita harus bersabar, karena untuk memahami suatu ilmu sampai tuntas memerlukan waktu yang lama. Kita harus sungguh-sungguh, karena hanya dengan kesungguhan suatu ilmu dapat kita miliki. Kita harus mempunyai jiwa berkorban, karena untuk meraih ilmu perlu tenaga dan biaya.

Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:

  1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
  2. tidak berbuat maksiat
  3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
  4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
  5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
  6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
  7. membiarkan diri lapar ketika sedang belajar (rajin berpuasa)

 

Adab murid kepada guru

  • menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
  • tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
  • jujur dan setia bersama guru
  • bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
  • hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
  • tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
  • tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
  • berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
  • selalu berusaha menyenangkan hati guru
  • memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
  • berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
  • membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka
  • tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
  • tidak terbahak-bahak di depan guru
  • tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
  • selalu duduk dalam sikap sopan
  • berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru

Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, “aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf “. Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.

Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, “Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu.” Subhanallah… begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.

 

Adab murid kepada sesama murid

  • menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas
  • hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan kerendahan hati dan bebas dari kesombongan ( amar ma’ruf nahi munkar )
  • selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka
  • tidak menyakiti hati sesama murid
  • hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka memintanya
  • selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka
  • bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid
  • tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama saudara dengan mereka
  • lapang dada dalam perbedaan pendapat yang mungkin terjadi di antara sesama murid

 

Adab murid kepada pelajaran

  • niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar
  • diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
  • menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan ikhlas
  • menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab )
  • meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat
  • tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu )
  • membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
  • selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh
  • meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
  • bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
  • menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu pelajaran atau ilmu

Semoga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk selalu berbuat baik, memperhatikan adab dan berakhlak mulia. Insya Allah…. ilmu yang kita miliki dapat menyelamatkan kita di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan meninggalkan adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah dari Allah.